proses penguapan dan presipitasi
O
L
E
H
FITRIA MELINDA ( 13.11.2473 )
HARI SAPUTRO ( 13.11.2474 )
NUR FITRIYANI ( 13.11.2483 )
NURROHMI UTAMI ( 13.11.2484 )
METEOROLOGI
SEMESTER III E
AKADEMI
METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
TAHUN
AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt,
yang telah melimpahkan perahmat dan karunia-Nya.Sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini guna memenuhi tugas mata kuliah fisika atmosfer.
Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada
bapak M.Fadli, selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Fisika atmosfer yang
telah banyak memberikan pelajaran dalam laporan ini.
Peulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan
sebaik-baiknya, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu di
perbaiki dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.
Jakarta, 25 Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar……………………………………………………………………………………………………………………1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………………………..2
Pendahuluan……………………………………………………………………………………………………………………….3
Definisi
Presipitasi……………………………………………………………………………………………………………….5
Faktor
Presipitasi…………………………………………………………………………………………………………………5
Klasifikasi Presipitasi……………………………………………………………………………………………………………8
Pembentukan
Presipitasi…………………………………………………………………………………………………….10
Jenis
Presipitasi…………………………………………………………………………………………………………………..11
Definisi
Penguapan……………………………………………………………………………………………………………..12
Faktor Penguapan……………………………………………………………………………………………………………….13
Penutup………………………………………………………………………………………………………………………………14
BAB I
Pendahuluan
Presipitasi merupakan jatuhan hydrometeor yang sampai ke bumi baik
dalam bentuk cair (hujan) ataupun padat (es atau salju).Di wilayah tropis
seperti Indonesia presipitasi lebih didefinisikan sebagai hujan karena sangat
jarang terjadi presipitasi dalam bentuk jatuhan keping es.
Awan dan presipitasi merupakan
bagian dari siklis hidrologi dan merupakan proses lanjutan dari kondensasi
yaitu perubahan fasa dari uap air menjadi tetes-tetes air. Udara di atmosfer akan mengalami proses
pendinginan melalui beberapa cara umumnya adalah akibat pertemuan antara dua
massa udara dengan suhu yang berbeda atau oleh sentuhan udara dengan obyek
dingin. Awan merupakan indikasi awal terjadinya presipitasi tetapi awan tidak
otomatis menandakan akan adanya hujan.
Hujan merupakan
satu bentuk presipitasi yang
berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan
es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan.
Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika
jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu
turun kembali ke bumi sebagi hujan, dan
akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan
anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu
semula.
Dua per tiga dari bumi kita ini mengandung
air dan sisanya adalah daratan. Air itu tersimpan dalam banyak wadah seperti
samudera, lautan, sungai dan danau. Air yang terdapat di berbagai wadah
tersebut akan mengalami penguapan atau evaporasi dengan
bantuan matahari. Air yang ada di daun tumbuhan ataupun permukaan tanah. Proses
penguapan air dari tumbuh-tumbuhan itu dinamakan transpirasi. Kemudian
uap-uap air tersebut akan mengalami proses kondensasi atau
pemadatan yang akhirnya menjadi awan. Awan-awan itu akan bergerak ke tempat
yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal maupun
horizontal. Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan awan bergumpal. Gerakan
angin tersebut menyebabkan gumpalan awan semakin membesar dan saling
bertindih-tindih. Akhirnya gumpalan awan berhasil mencapai atmosfer yang
bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiran-butiran air dan es mulai terbentuk.
Lama-kelamaan angin tidak dapat lagi menopang beratnya awan dan akhirnya awan
yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi atau proses
jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke bumi. Seperti itulah proses
terjadinya hujan.
Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan tiga
faktor utama :
Ø
Kenaikan massa uap air ke
tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh.
Ø
Terjadinya kondensasi atas
partikel-partikel uap air di atmosfer.
Ø
Partikel uap air tersebut
bertambah besar sejalan dengan waktu, selanjutnya jatuh ke bumi dan permukaan
laut (sebagai hujan) karena faktor gravitasi.
BAB II
ISI
PRESIPITASI
a.
Definisi Presipitasi
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari
atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah
hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang.
Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang bersifat
alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai
akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan
proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS ( merupakan elemen utama yang perlu
diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah
dan debit aliran ).
Presipitasi mempunyai banyak karakteristik yang dapat
mempengaruhi produk air suatu hasil perencanaan pengelolaan DAS. Besar kecilnya
presipitasi, waktu berlangsungnya hujan dan ukuran serta intensitas hujan yang
terjadi baik secara sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan mempengaruhi
kegiatan pembangunan ( proyek ).
Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya
presipitasi (mm).salju, es, hujan dan lain-lain juga dinyatakan dengan dalamnya
(seperti hujan) sesudah di cairkan.
b. Faktor-
faktor yang mempengaruhi presipitasi
- kelembaban udara
massa uap yang terdapat dalam 1 m3
udara (g) atau kerapatan uap disebut kelembaban mutlak (absolute). Kemampuan
udara untuk menampung uap adalah berbeda – beda menurut suhu. Mengingat makin
tinggi suhu, makin banyak uap yang dapat di tampung, maka kekeringan dan
kebasahan udara tidak dapat ditentukan oleh kelembaban mutlak saja. Kelembaban
relative adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan
massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembaban
relative ini biasanya disebut kelembaban.Salah satu fungsi utama kelembaban
udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat
menurunkan suhu dengan cara menyerap atau memantulkan sekurang-kurangnya
setengah radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan bumi pada waktu siang
dan malam hari. Sejalan dengan meningkatnya suhu udara, meningkat pula
kapasitas udara dalam menampung uap air. Sebaliknya, ketika udara bertambah
dingin, gumpalan awan menjadi bertambah besar dan pada gilirannya akan jatuh
sebagai air hujan.
Pengukuran kelembaban biasanya di ukur dengan
thermometer bola kering dan thermometer bola basah.
- Energi Matahari
Seperti telah disebutkan dimuka bahwa energi matahari
adalah “ mesin “ yang mempertahankan berlangsungnya daur hidrologi. Ia juga
bersifat mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. Pada umumnya, besarnya energi
matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun demikian,
besarnya energi matahari bersih yang diterima permukaan bumi bervariasi
tergatung pada letak geografis dan kondisi permukaan bumi.Pemukaan bumi
bersalju, sebagai contoh, mampu merefleksikan 80% dari radiasi matahari yang
datang. Sementara, permukaan bumi dengan jenis tanah berwarna gelap dapat
menyerap 90% ( wanielista, 1990). Adanya perbedaan keadaan geografis tersebut mendorong
terjadinya gerakan udara di atmosfer, dan demikian juga berfungsi dalam
penyebaran energi matahari. Energi matahari bersifat memproduksi gerakan massa
udara di atmosfer dan diatas lautan. Energi ini merupakan sumber tenaga untuk
terjadinya proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi berlangsung pada
permukaan badan perairan sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dalam
vegetasi. Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi melalui proses
radiasi. Sementara penyebaran kembali energi matahari dilakukan melalui proses
konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di dalam badan air dan
atmosfer.
Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara
dua lapisan ( udara ) yang berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut
berbeda.
Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya
gerakan massa udara atau air dengan arah gerakan vertical. Dapat juga dikatakan
bahwa konveksi merupakan hasil ketidakmantapan masa udara atau air. Seringkali
dikarenakan oleh energi potensial dalam panas tak tampak ( latent heat )
yang sedang dikonversikan kedalam gulungan massa udara. Besarnya laju konversi
ketika energi terlepaskan akan menentukan keadaan meteorology (hujan dan
angina). Umumnya gulungan massa udara yang lebih besar akan menghasilkan curah
hujan yang lebih singkat.
- Angin
Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan
atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang
biasanya dikaji adalah arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena
dapat menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan
mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan adanya
gerakan udara lembab yang berlangsung terus menerus.Peralatan yang digunakan
untuk menentukan kecepatan angin dinamakan anemometer.
Yang disebut arah angin adalah arah dari mana angina
bertiup.Untuk penentuan arah angin ini digunakan lingkaran arah angina dan
pencatat angin.Untuk penunjuk angina biasanya digunakan sebuah panah dengan
pelat pengarah.Pengukuran angin diadakan di puncak menara stasiun cuaca yang
tingginya 10 m dan lain-lain.
Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angin
yang terjadi semata-mata ditentukan oleh sirkulasi termal. Angin akan bertiup
ke arah khatulistiwa sebagai udara hangat dan udara yang mempunyai berat lebih
ringan kan naik ke atas di gantikan oleh udara padat yang lebih dingin. Apabila
ada dua massa udara dengan dua suhu yang berbeda bertemu, maka akan terjadi
hujan dibatas antara dua massa udara tersebut.
Dalam suatu hari, kecepatan dan arah angin dapat
berubah-rubah. Perubahan ini sering sekali disebabkan oleh adanya beda suhu
antara daratan dan lautan. Adanya beda suhu tersebut juga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan arah angin. Proses kehilangan panas oleh adanya padang pasir,
daerah beraspal, dan daerah dengan banyak bangunan juga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan arah angin. Antara dua tempat yang tekanan etmosfernya
berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan tinggi ketempat
bertekanan rendah.
- Suhu udara
Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi
dan transpirasi.Suhu juga di anggap sebagai salah satu factor yang dapat
memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air dimuka bumi. Dengan
demikian, adalah penting untuk mengetahui bagaimana cara untuk menentukan
besarnya suhu udara.
Yang biasa disebut suhu udara adalah suhu yang di ukur
dengan thermometer dalam sangkar meteorology (1,20-1,50 m di atas permukaan
tanah) makin tinggi elevasi pengamatan di atas permukaan laut, maka suhu ydara
makin rendah. Peristiwa ini disebut pengurangan suhu bertahap yang besarnya
disebut laju pengurangan suhu bertahap.
Pengukuran besarnya suhu memerlukan
pertimbangan-pertimbangan sirkulasi udara dan bentuk-bentuk permukaan alat ukur
suhu udara tersebut.Suhu udara yang banyak dijumpai didalam laporan-laporan
tentang meteorologi umumnya menunjukkan data suhu musiman, suhu berdasarkan
letak geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat yang berbeda.Oleh karnanya,
besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu dan tempat.
c. Klasifikasi
Presipitasi
Hujan juga dapat terjadi oleh pertemuan antara dua
massa air, basah dan panas. Tiga tipe hujan yang umum dijumpai didaerah tropis
dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Hujan konvektif ( convectional storms
), tipe hujan ini disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima permukaan
tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara diatas permukaan tanah
tersebut. Sumber utama panas di daerah tropis adalah berasal dari matahari.
Beda panas ini biasanya terjadi pada akhir musim kering yang menyebabkan hujan
dengan intensitas tinggi sebagai hasil proses kondensasi massa air basah pada
ketinggian di atas 15 km.
- Hujan Frontal ( frontal/ cyclonic storms ), tipe hujan yang umumnya disebabkan oleh bergulungnya dua massa udara yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada tipe hujan ini, massa udara lembab yang hangat dipaksa bergerak ketempat yang lebih tinggi. Tergatung pada tipe hujan yang dihasilkanya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan frontal dingin dan hangat. Hujan badai dan hujan monsoon adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai.
- Hujan Orografik ( Orographic storms ), jenis hujan yang umum terjadi didaerah pegunungan, yaitu ketika massa udara bergerak ketempat yang lebuh tinggi mengikuti bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Tipe hujan orografik di anggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karma berlangsung di daerah hulu DAS.
Presipitasi
berdasarkan mekanisme dominan dari gerak vertikal :
1. Presipitasi stratiform.
Yaitu
presipitasi dari awan stratifom yang terbentuk karena gerak vertikal yang
kontinu dan menyebar luas.Hal ini terjadi karena kenaikan frontal atau
orografik atau konvergensi dalam skala besar.
Presipitasi
dari awan stratiform tumbuh dari proses kristal es. Awan ini mempunyai kadar
air lebih rendah sehingga koalisensi tidak efektif. Masa hidup awan relatif
lama. Jika suhu lingkungan awan mencapai -15 0C, maka proses kristal es dapat
menyebabkan presipitasi.
2. Presipitasi konvektif.
Yaitu
presipitasi dari awan konvektif karena kondisi udara yang tidak stabil yang
menyebabkan gerak vertikal tetapi terlokalisir dalam skala yang tidak luas.
Hujan
yang terjadi umumnya tiba-tiba dan sangat lebat (heavy shower) tetapi terjadi
dalam waktu yang singkat. Dalam awan konvektif waktu presipitasi lebih pendek
tetapi kadar air lebih tinggi dari stratiform sehingga koalisensi sangat
berperan menghasilkan hujan.
Jadi
mekanisme presipitasi antara awan stratiform dan awan konvektif sangat
berbeda.Sebagai pendekatan, hujan kontinu dapat dipandang sebagai keadaan
mantap (steady-state process) dimana besaran awan dapat berubah dengan
ketinggian tetapi konstan terhadap waktu pada ketinggian tertentu.Sebaliknya,
hujan shower dapat didekati sebagai sistem dimana sifat-sifat awan berubah
dengan waktu tetapi konstan terhadap ketinggian pada waktu tertentu.
d. Pembentukan Presipitasi
Ada dua teori
pembentukan hujan yaitu teori bergeron dan teori tumbukan dan penyatuan.
1.
Teori Bergeron
Teori ini berlaku untuk awan dingin (di bawah
0 0C) yang terdiri dari kristal es dan air lewat dingin (air yang
suhunya di bawah 0 0C tapi belum membeku). Peristiwa ini sering
terjadi pada awan cumulus yang tumbuh menjadi cumulonimbus dengan puncak awan
berada dibawah titik beku.
2.
Teori Tumbukan dan Penyatuan
Menurut teori ini, butir-butir awan hanya
terjadi dari air. Hujan terjadi berdasarkan perbedaan kecepatan jatuh antara
butir-butir curah hujan yang berbeda ukurannya. Butir air yang lebih
besar akan memiliki kecepatan jatuh lebih cepat daripada butir-butir kecil.
Banyak terjadi di daerah tropis yang berawan panas dengan perkembangan yang
cepat.
Teori pembentukam dan penggabungan (collison dan coalescene)
ini terjadi di awan hangat, butir air berjari-jari lebih besar dan jatuh dengan
kecepatan terminal lebih besar dengan yang berjari-jari lebih kecil, saat jatuh
terjadi tumbukan dan penggabungan dengan butir air yang ada di sepanjang
lintasan yang dilalui , serta butir awan bertambah besar dan dapat melawan daya
angkat udra dan butir air tersebut jatuh sebagai hujan.
e.
Jenis-Jenis Presipitasi
Ø Presipitasi
dalam bentuk cair adalah hujan (rain) dan drizzle, yang dibedakan
hanya dari ukuran butir airnya saja. Drizzle
berukuran diameter < 0.5 mm.
Ø Presipitasi
dalam bentuk padat yaitu :
·
Snow ,kristal es
yang tumbuh sejalan dengan pertumbuhan awan.
Pada suhu > -5 oC, kristal es biasanya berkelompok membentuk snowflake.
·
Snow pelletsatau graupel, butiran es berbentuk bundar, konikal
maupun bulat tipis berwarna putih dengan diameter 2 – 5 mm. Biasanya terjadi dalam hujan ringan ketika
suhu di dekat permukaan mendekati 0 oC.
·
Snow
grain, ukurannya sangat kecil < 1 mm, putih,
bulat tipis.
·
Sleet atau ice pellets,fenomena khas
musim dingin berupa partikel es kecil dengan diameter < 5 mm dan transparan.
Terbentuk karena adanya lapisan udara hangat di atas lapisan udara yang lebih
dingin di dekat permukaan (profil suhu
inversi). Ketika butir air terbentuk dan
jatuh memasuki lapisan di bawahnya, butiran itu membeku dan jatuh dalam bentuk
butiran es kecil yang tidak lebih besar dari butir hujan sebelumnya.
·
Glaze (freezeng rain),bentuk hujan
yang membeku ketika tiba di permukaan.
Kondisinya hampir menyerupai kondisi pembentukan sleet, tetapi lapisan
dingin di dekat permukaan tidak terlalu tebal sehingga butiran air yang jatuh
dapat melaluinya tanpa membeku hanya menjadi supercooled. Namun ketika menumbuk benda padat akan
membeku, sehingga menjadi lapisan es tebal yang membungkus benda-benda padat
yang ditumbuknya, yang cukup berat untuk mematahkan batang-batang pohon.
·
Hail,presipitasi
dalam bentuk butir-butir es yang tidak beraturan, dengan diameter sekitar 1 cm
dengan variasi dari 5 hingga 75 mm. Hail
dihasilkan hanya oleh awan cumulonimbus yang ketika terangkat sangat kuat dan
mengandung air superdingin yang berlimpah.
PENGUAPAN
a.
Definisi Penguapan
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam
keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air).
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat
dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan
volume signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap"
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap"
Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di
dalam gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini
memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain
dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" -
energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti
ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu
lebih tak terlihat.
Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air.Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.
Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air.Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.Dalam hidrologi penguapan dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.
Sebagian gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan
diubah menjadi energi panas di dalam tanaman, air dan tanah. Energi panas
tersebut akan menghangatkan udara di sekitarnya. Sebagian dari energi matahari
akan diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan
perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Keadaan ini akan
menyebabkan udara di atas permukaan tanah jenuh dan dengan demikian,
mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada permukaan bidang evaporasi.
Tidak hanya melibatkan jumlah air yang ada, tapi juga persediaan
air yang siap untuk terjadinya evaporasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar
akan memberikan laju evaporasi lebih tinggi daripada bidang permukaan rata
karena pada bidang permukaan yang lebih kasar besarnya turbulent meningkat.
b.
Faktor-faktor Penentu Evaporasi
Proses-proses fisika yang menyertai berlangsungnya perubahan
bentuk dari zat cair menjadi gas berlaku pada kedua proses evaporasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi antara lain:
1) Panas diperlukan untuk berlangsungnya perubahan bentuk dari zat
cair ke gas dan secara alamiah matahari menjadi sumber energi panas.
2) Suhu udara, permukaan bidang penguapan (air, vegetasi dan
tanah) dan energi panas yang berasal dari matahari adalah faktor-faktor penting
yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung besarnya evaporasi.
3) Kapasitas kadar air dalam udara juga dipengaruhi secara
langsung oleh tinggi rendahnya suhu di tempat tersebut. Besarnya kadar air
dalam udara di suatu tempat ditentukan oleh tekanan uap air yang ada di tempat
tersebut.
4) Ketika proses penguapan berlangsung, udara diatas bidang
pengupan secara bertahap menjadi lebih lembab sampai pada tahap ketika udara
menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap air lagi. Pada tahap ini, udara
jenuh di atas bidang penguapan tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat
beda tekanan dan kerapatan udara, dan dengan demikian proses penguapan air dari
bidang penguapan tersebut akan berlangsung secara terus menerus. Hal ini
terjadi karena adanya pergantian udara lembab oleh udara yang lebih kering atau
gerakan massa udara dari tempat dengan tekanna udara lebih tinggi ke tempat
dengan tekanan udara lebih rendah.
5) Sifat alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi
proses evaporasi melalui perubahan pola perilaku angin.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang bersifat
alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai
akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan
proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS ( merupakan elemen utama yang perlu
diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah
dan debit aliran )
Evaporasi
merupakan penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan
vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnya
evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air.
1 comments:
thank you for the poin
Catat Ulasan